Berjuta Cinta Mama

Dan Kami perintahkan kepada manusia (berbuat baik) kepada dua orang ibu-bapaknya; ibunya telah mengandungnya dalam keadaan lemah yang bertambah-tambah, dan menyapihnya dalam dua tahun. Bersyukurlah kepada-Ku dan kepada dua orang ibu bapakmu, hanya kepada-Kulah kembalimu. (Q.S Luqman :14-15).

Dari Mu’awiyah bin Haidah Al Qusyairi radhiallahu’ahu, beliau bertanya kepada Nabi:

"Wahai Rasulullah, siapa yang paling berhak aku perlakukan dengan baik? Nabi menjawab: Ibumu. Lalu siapa lagi? Nabi menjawab: Ibumu. Lalu siapa lagi? Nabi menjawab: Ibumu. Lalu siapa lagi? Nabi menjawab: ayahmu, lalu yang lebih dekat setelahnya dan setelahnya." (HR Al Bukhari).

Hafsah binti Mu'min Jaha Nama dari mamahku,  kelahiran Arab Saudi, Awali Makkah Al Mukarromah pada tanggal 1, bulan ke 4 tahun 1945. Lahir dari seorang ummi asal tanah Banten tepatnya  Kampung Masigit Desa Ciomas kecamatan Padarincang kabupaten Serang . Bernama Junariyah dan Abuya Muk'min  Jaha yang berdomisili dan kewarganegaraan Saudi Arabia. 

Kala itu Banten masih dalam konsisi penjajahan, nenek yang berangkat ke Makkah dan terkendala untuk kembali ke Indonesia, ahirnya bermukim dan menikah di Sana, melahirkan dua orang putra dan satu orang putri dialah mamah.

Mamah ku anak ke dua dari tiga bersaudara, namun sesungguhnya mamah memiliki  tiga belas bersaudara dari tiga ibu yang berbeda.

Mamah terlahir dari keluarga berdarah biru di Saudi Arabia. Abuya yang seorang pegawai Negri Saudi dengan ketiga istri dan 13 putra dan putri hidup sejahtera dan bahagia. Penuh kehangatan dan keakraban menghiasi suasana setiap hari, meskipun tak jarang terjadi konflik namun semua dapat diatasi. Hingga pada suatu hari, di mana usia mamah menjelang 15 Tahun, ummi memutuskan untuk kembali ke tanah Banten dikarenakan rasa rindu akan tanah air serta sanak keluarga. Sejak saat itulah mamah turun ke Indonesia bersama umminya, meninggalkan dua belas saudara dan Abuya.

Beratnya Perpisahan dengan keluarga dan orang orang tercinta. Siapakah yang tidak merasa sedih dan berat hati ketika harus berpisah dengan keluarga besar ?  Begitulah Kesedihan dirasakan mamah ketika harus berpisah dengan Abuya, Kaka-Kaka dan adik-adik, pergi ke sebuah negri yang jauuh dan bahkan entah kapan bisa berkumpul kembali. Namun apalah daya mamah tidak punya pilihan selain ikut ummi dan berbakti berangkat ke Indonesia, dengan menggunakan jalur laut yang memakan waktu Selma Lima belas hari kala itu.

Pribahasa mengatakan Lain ladang lain belalang, lain lubuk lain ikannya, di mana Bumi dipijak Di stu Langit dijunjung.

Demikian pribahasa yang tepat untuk kondisi mamah, datang ke Negri yang asing dan jauh dari sanak keluarga,  perubahan bahasa, sosial budaya, iklim serta perubahan gaya hidup yang sangat  signifikan membuat mamah tertatih letih beradaptasi. Hidup keras menyapa tanpa persiapan dan aba-aba. Namun mamah remaja, tidak pernah mengeluh demi rasa baktinya kepada ibunda. 

Karna faktor budaya tanah Banten khususnya Padarincang masih asing dengan sekolah, ditambah faktor ekonomi ummi yang hidup tanpa suami, Al hasil mamah hanya menyelesaikan pendidikan Dasar saja, sebab meski Abuya termasuk mampu namun, jaman dulu bukan hal mudah mengirimi uang tiap bulan tidak seperti sekarang tinggal transfer dan sampai.

Terbayang olehku betapa hidup mamah begitu berat hanya berdua dengan ummi tanpa dampingan Abuya dan saudara, Ya Allah apakah mamahku hidup sebatang kara, di Indonesia ? Tidak salah tapi tidak sepenuhnya benar, tentu saja ummi masih punya sanak sodara, masih terjalin hubungan erat satu sama lain berbeda dengan jaman sekarang yang telah hidup masing masing.

Mereka lah paman dan bibi mamah dan para tetangga dari pihak ummi yang mewarnai dan membantu mamah beradaptasi, belajar berbahasa Jawa, bergaul dan bermasyarakat. Meskipun mamah hidup tanpa uasuhan dan sosok teladan abuya, mamah tumbuh menjadi pribadi yang aik,santun berilmu agama, mudah bergaul dan sangat suka berbagi, keras kepala, berani dan mandiri.

Postur fisik mamah kecil mungil ikut ummi, dengan hidung ancung, dan lebih mancung  dari hidung orang pada umumnya, oh iya soal hidung, Alhamdulillah menurun pada anak-anaknya termasuk saya hehe, karena Abah dan mamah memang tidak ada yg pesek, berkulit putih dan cantik. 

Setelah dewasa mamah sempat menikah dengan tetangga dan masih saudara jauh ummi, namun hanya bertahan bebrapa tahun saja dan bercerai, tidak berselang lama, mamah bertemu dengan Abah seorang pemuda keturunan orang ternama pada masanya dan memiliki latar belakang yang sama yaitu terlahir dari keluarga besar 13-14 bersaudara. Abah pemuda yang santun, pendiam dan sederhana lulusan PGA. Mamah dan Abah bertemu di Madrasah Diniyah Desa yang mana bangunannya masih berdiri hingga sekarang, tentu saja dengan melewati renovasi berkali kali. Disana lah mereka bertemu dengan perantara Kaka dari Abah datang menemui ummi  untuk melamar dan menikah. Oiya mamah dan Abah adalah pegawai negri, Abah yang lulusan PGA tidak sulit untuk diangkat menjadi ASN, sementara mamah yang lulusan sekolah Dasar di rekrut karna dedikasinya, itulah kemurahan Allah pada kami. 

Setelah menikah dengan Abah dan memiliki satu orang putra.

Kaka sulung mamah  seibu  datang ke Indonesia untuk menjemput Mamah pulang ke Arab Saudi namun karna anak yang masih kecil dan tidak ingin berpisah dengan keluarga, Mamah menolak pulang dan rela tetap hidup di Banten sampai lahir Lima anak, tiga laki laki, dua perempuan hasil pernikahan mamah dan abah. Mamah juga sekali waktu bertandang ke Arab Saudi hingga berbulan bulan lamanya. Mungkin terbilang kurang lebih sudah 10 kali mamah pulang pergi Makkah - Indonesia padahal anak anaknya baru satu kali dan bahkan saya saja belum pernah he. 

Setelah kunjungan pertama dari kkakakny mamah,  Hali Mustofa ( kami memanggilnya hali yaitu paman atau uwa ), bergiliran lah Kaka dan adik serta saudara yang lain berkunjung ke Indonesia, tentu saja tidak setiap tahun hanya sewaktu waktu saja seingat saya sampai usia 25 tahun mereka masih ke Indonesia, satu waktu datang hali Mustofa, di lain waktu datang hali Abdurrozak ( adik mamah ),  selanjutnya Halah Robi'ah Kakak mamah dari lain ibu, di susul tahun selanjutnya  Hali Nuruddien Kaka mamah dari ibu yang lain, dan begitu seterusnya. Inilah buah bakti dan kesabaran mamah selama di Indonesia, mudah bagi Allah untuk mempertemukan mereka kembali, terbayang betapa haru birunya saat mereka datang ke Indonesia , atau mamah datang ke Arab Saudi bertemu dengan Abuya dan keluarga besar. Anak yang hilang telah ditemukan. Anak yang pergi telah kembali.

Belakangan kemudian kami mengetahui bahwa saudara mamah punya apartemen di Jakarta tepatnya cempaka putih yang ditempati setiap datang ke Indonesia. Wah kisah mamah kaya senetron ya. 

Pada tahun 1995/ 1996 kalo tidak salah, mamah dirundung musibah Allah menguji mamah dengan ujian yang tidak ringan yaitu wafatnya Abuya, betapa duka lara di rasakan mamah di tinggalkan Abuya dan tidak bisa mendampingi hari hari terakhirnya, beberapa bulan kemudian mamah terbang ke Makkah, menurut berita desas desus tetangga mamah ke Makkah untuk mendapatkan warisan, seantero Padarincang berita tersebar hingga tiba kepulangan mamah dengan membawa bebrapa oleh oleh perhiasan dan real. Terjadilah tragedi ujian kedua. Pada malam kedua kepulangan mamah dari Arab, suasana rumah masih lelah dan paska tamu tamu datang kami tertidur lelap sangat lelap, saat itu musibah terjadi, rumah kami dimasuki tamu tak diundang membawa serta merta seluruh harta hasil mamah dari Makkah dan juga perhiasan perhiasan simpanan, bersih habis tak tersisa kecuali yang dibadan, mungkin kalo seandainya rampok tersebut membunuh kami semua pada saat itu niscaya kami mati tanpa perlawanan. 

Peristiwa tersebut membuat mamah shok berat meninggalkan trauma yang dalam hingga sekarang, mamah depresi dalam beberapa bulan, sesungguhnya bukan Maslaah harta namun kenangan, perjuangan dan air mata yang tertuang pada oleh oleh mamah yang rampok bawa. semua upaya kami lakukan untuk kesembuhannya mamah,  pergi ke Abuya mufasir, Abuya ternama kami, adakan pengajian dan banyak solat hajat dan toubat yang Abah lakukan , hingga lambat lain berbuah kesembuhan. Di tahun yang sama Kaka sulung kami menikah dengan gadis Bandung karna Kaka kuliah di IAIN sunan gunung jati Bandung. Dalam kondisi masa pemulihan mamah, acara pernikahan digelar dengan sangat sederhana. 

Tahun 1997 Alhamdulillah mamah kembali ke Arab Saudi untuk waktu 6 bulan lamanya, saat itu ummi dalam kondisi senja dan sudah mulai pikun, Alhamdulillah Kaka ipar dari Bandung sedang tinggal di rumah membersamai kami, sehingga kami berbagi tugas menjaga ummi pada saat hali abdurkzak datang ke Indonesia, menemui kami beberapa hari. Setelah 6 bulan mamah kembali. Tahun 1998 ummi sakit, sakit yang telah dirasa sejak lama, kami tahu ahirnya bahwa ummi menderita tumor diperut  yang membesar, namun yang kami syukiri, ummi hanya beberapa bulan belakangan mengeluh dan payah tidak sampai dua bulan, tepatnya dibulan Syawal Ujian besar ketiga untuk mamah terjadi, ummi menghembuskan nafas terakhir dalam perawatan dan peluakan mamah. Saat itu kondisi Abah sedang sakit TBC meskiipun demikian Abah maupun ummi tidak pernah tinggalkan solat dalam sakitnya. 

Tepatnya setelah 47 hari Ummi wafat, di bukan Dzulhijah ujian ke 4 Allah berikan kembali kepada mamah, dengan wafatnya Abah. Abah wafat setelah melaksanakan solat asar sambil berbaring. Dalam satu tahun yang sama mamah ditinggal dua orang tercinta. Kami anak anak perempuan mamah masih kecil saat itu. Ingatan saya tentang Abah adalah sangat indah beliau adalah motivasi belajar kami , sosok yang lembut, pendiam, pemalu dan sederhana tidak banyak menuntut,  dan hidup apa adanya. Memori saya akan perinstiwa wafatnya Abah sedikit kabur yang saya ingat saat itu seluruh anak Abah dan mamah sedang ada di rumah kecuali Kaka nmor 3. 

Sejak Abah wafat, kasih sayang mamah kepada kami terutama anak perempuan bertambah-tamabh dengan alasan kasihan masih kecil ditinggal Abah. Proteks sering cemas jika kami jauh dari pandanagan mamah dan hingga kami dewasa kasih sayang dan perhatian mamah tak pernah lepas.

Dalam perjalan Pendidikan kami, mungkin karna tidak adanya sosok Abah, dan beratnya beban ekonomi yang mamah tanggung sendiri, satu demi satu kami tunbang dalam pendidikan, pertama kakak nomor dua, ia hanya menyelesaikan Aliyah suasta, Kaka nomor 3 putus di kelas dua man 1 serang. Saya sendiri hanya berhenti sampai lulus MTS swasta. Alhamdulillah adik bungsu kami mampu melanjutkan sampai MAN 2 Serang dan  D2 di STAIsMAN Pandeglang. Namun di usia dewasa saya bangkit mengambil program kesetaraan dan melanjutka kuliah S1 PGPAUD Untirta. 

Kembali pada kisah perjuangan mamah. Sejak wafat Abah, mamah membesarkan kami 4 anak yaitim seorang diri, ( karna kak sulung sudah menikah jadi tidak saya hitung ) tanpa bantuan siapapun, mamah bekerja keras mencari nafkah untuk kami, Alhamdulillah Allah selalu memberikan kemudahan pada mamah mungkin buah dari sifat mamah yang sangat ringan tangan suka berbagi, bersodakoh kepada siapa saja,  dan dalam bentuk apa saja. Seringkali mamah membeli dagangan tetangga yang tidak terlalu penting dengan alasan membantu, seringkali mamah dimintai tolong pinajman uang alakadarnya dan tidak pernah ada seorangpun yang ditolaknya. Selalu ketika ada makana lebih, mamah bagi ke tetangga dan pasti ketika ada tetangga bertandang dengan membawa makanan dan pemberian, mamah beri imbalan kembali berupa makanan apa saja yang ada di rumah dan jika tidak ada, pemberian akan diganti dengan uang. Mamah tidak segan segan menyelipkan uang 50 sampai 100 ribu pada tamu yang datang. Terkadang mamah membagikan uang jajan kepada anak anak tetangga tidak hanya saat lebaran, dan kebiasaan seperti ini berlangsung hingga sekarang, sampai hari ini mamah masih sering mengirimi uang pada anak anaknya tanpa diminta. Dengan kebiasaan sodaqoh inilah Allah mempermudah Rizki mamah mengalir, dengan ikhtiar dari pensiunan Abah dan pensiunan mamah serta Kiriman saudara dari Arab yang sampai sekarang masih berlangsung cukup untuk menghidupi mamah dan kami anak- anaknya . Interaksi dan komunikasi mamah dan keluarga Arab saudi juga masih berjalan dengan lancar, setidaknya dalam 1 bulan pasti ada kiriman dan telfonan. Mamah juga masih sesekali berangkat  ke Makkah dalam rangka haji maupun umroh, terakhir mamah umroh tahun 2018 sebelum pandemi diantar adik bungsu. Oiya dua Kaka dan adik bungsu sudah pernah bersambang ke Baitullah dan tentu bertemu dengan paman, bibi  sepupu dan para ponakan hanya saya dan Kaka ke dua yang belum berangkat. 

Selain gemar sodaqoh,  dan menyambung silaturrahmi mamah juga berilmu agama, madrasah partama bagi anak-anaknya, dari Abah dan mamahlah pertama kami belajar mengaji dan solat serta mendapatkan pembelajaran tentang tauhid, fiqih, siroh nabi serta para sahabat dan lain lain. Sampai hari ini mamah masih sering bangun malam, dan memiliki hafalan Qur'an meski tidak banyak. Terkadang ketika saya mau mengaji dan kerepotan mencari Al Qur'an, hp atau kacmata, mamah sering berseru, memang y ga bisa dihafal mesti pake Qur'an dan baca ? He he. Mohon ampun bunda, anakmu bandel ga punya hafalan  astagfirullah sungguh tidak menurun dari ibunya. Meski dengan hidup tanpa dampingan suami, mamah berhasil mengasuh ke lima anaknya setidaknya kami masih berada di jalur yang lurus dalam menjalan kan hidup sesuai ketentuan agama, waloupun dari segi finansial anak anak mamah  Masih dalam tahap menuju kemandirian. 

Kehidupan mamah di usia tua, tidak bertabur bunga masih saja ada ujian demi ujian dari anak anaknya, wafatnya cucu pertama, wafatnya menantu dari anak lelaki ke 3, baru baru ini tepatnya tahun 2017 anak sulung mamah di fitnah dan diculik Densus sampai hari ini Kaka masih di Nusakambangan, doa dan airmata terus mengalir dari lisan dan matanya tiada henti dipanjatkan munajat kepada Allah, berlanjut wafatnya Kaka mamah yaitu Halah Robi'ah dan di susul hali Mustofa, pilu hati mamah menerima kabar dan perpisahan untuk kesekian kalinya , namun itulah hidup, semua yang bernyawa pasti akan mati, kelak kepada kita maut akan terjadi. 

Karena mamah tidak punya sanak saudara di sini Padarincang Ciomas, maka suasana Idul Fitri di rumah kami  selalu sepi, tidak seperti suasana kebanyakan rumah, yang ramai berhari hari, suasana lebaran di rumah kami hanya ramai di hari pertama datang kunjungan anak menantu dan satu dua kelurga paman dari ayah, dan selebihnya  adalah tamu sanak tetangga kanan dan kiri karna mamah pandai bersosialisasi. 

Di usia senja mamah masih sering bercerita mengenang betapa rindunya ia untuk pulang dan berakhir hayat di sana, bukan tidak bersimpati, kami mengerti kegundahan dan kerinduan mamah akan tanah kelahiran, namun kami berfikir untuk apa mamah hidup menua disana ? Toh seluruh anak menantu dan cucunya ada di sini Tanah Banten. Menualah di sini mamah bersama kami dalam perawatan dan pandangan kami anak anakmu. Mamah bakti kami memang tidak dapat membalas sediktpun dari jasamu, namun mengurusimu di waktu senja semoga menjadi sedikit  bukti bahwa kami mencintaimu sepenuh hati.

Ya Allah ampunilah dosa kami dan dosa ke dua orang tua kami, sayangilah mereka seperti mereka menyanyi kami sejak kecil.

Ya Allah mungkin kami belum bisa membahagiakan mamah meski telah tiba usia senjanya, namun satu yang kami pinta jadikanlah keihlasan mamah dalam mengurusi kami menjadi sebab mamah masuk kedalam syurga MU. Aamiin 

Rasulullah SAW  bersabda: "Siapa yang diuji dengan kehadiran anak perempuan, maka anak itu akan menjadi pelindung baginya di neraka." (HR. Ahmad)

Dari Anas (ra) menyampaikan bahwa Nabi Muhammad SAW bersabda, "Siapa pun yang menanggung nafkah dua anak perempuan sampai baligh (mencapai kedewasaan), maka pada hari kiamat antara saya dan dia seperti ini (beliau menggabungkan jari-jarinya." (HR. Muslim).


Nama lengkap Arofiah Afifi, biasa dipanggil Ovi.Tempat, Tanggal lahir, Serang tepatnya Desa Ciomas kecamatan  Padarincang. Pendidikan terakhir S1 PGPAUD UNTIRTA ( Universitas Sultan Ageng Tirtayasa ). Pengalaman organisasi, sempat menjadi ketua HMJ PGPAUD 2010. Aktif pada organisasi pemuda dan masyarakat padarincang 2010-2013. Anggota Himpunan Mahasiswa Islam Cabang Serang 2010-2018. Sebagai pegiat sampah dan Anggota PALBMUN ( pegiat aktifis lingkungan Barokah maggot ubah nasib) Sekarang .

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Menulis Membuatku Naik Kelas dan Berprestasi

Selamat Jalan Eril ( Sang Calon Pemimpin Masa Depan itu lebih dulu pulang )

Mengelola Majalah Sekolah