Cita Cinta dan Romamtisme Guru PAUD
Anak Belajar dari Kehidupn
Jika anak dibesarkan dengan celaan, ia belajar memaki
Jika anak dibesarkan dengan permusuhan, ia belajar berkelahi
Jika anak dibesarkan dengan ketakutan, ia belajar gelisah
Jika anak dibesarkan dengan rasa iba, ia belajar menyesali diri
Jika anak dibesarkan dengan olok-olok, ia belajar rendah diri
Jika anak dibesarkan dengan iri hati, ia belajar kedengkian
Jika anak dibesarkan dengan dipermalukan, ia belajar merasa bersalah
Jika anak dibesarkan dengan dorongan, ia belajar percaya diri
Jika anak dibesarkan dengan toleransi, ia belajar menahan diri
Jika anak dibesarkan dengan pujian, ia belajar menghargai
Jika anak dibesarkan dengan penerimaan, ia belajar mencintai
Jika anak dibesarkan dengan dukungan, ia belajar menyenangi diri
Jika anak dibesarkan dengan pengakuan, ia belajar mengenali tujuan
Jika anak dibesarkan dengan rasa berbagi, ia belajar kedermawanan
Jika anak dibesarkan dengan kejujuran dan keterbukaan, ia belajar kebenaran dan keadilan
Jika anak dibesarkan dengan rasa aman, ia belajar menaruh kepercayaan
Jika anak dibesarkan dengan persahabatan, ia belajar menemukan cinta dalam kehidupan
Jika anak dibesarkan dengan ketentraman, ia belajar berdamai dengan pikiran.
"Dorothy low nolte"
Saya terlahir dari dua orang tua yang memberikan pengabdian mendidik di sebuah madrasah Diniyah, bernama Madrasah Muawanatul ulum addiniyah yang lebih populer dengan sebutan MUD. sebuah madrasah di desa kecil nan asri dengan bangunan yang konon katanya warisan markas Belanda. Tentu saja bangunan itu kini sudah tidak menyerupai aslinya karna telah mengalami beberapa kali renovasi dengan upaya swadaya masyarakat.
Saya sendiri belajar di madrasah tersebut dari kelas 1 sampai lulus kelas 6.
Pada usia 20 tahun saat itu, mamah meminta saya untuk menggantikannya mengajar karna beliau resign, sambil memberikan satu petuah bahwa saya tidak boleh menerima honor dari Madrasah biar mamah saja yang memberikan. Begitu ucap beliau.
Berbekal ilmu dari kedua orang tua saya jalani tugas sebagai pendidik di Madrasah sebagai guru kelas 2.
Menjadi guru dengan tanpa pengalaman dan keahlian serta usia yg masih muda, membuat saya kesulitan mengajar di Tahun-tahun pertama, dengan kondisi anak kecil yang ramai, selalu berlarian, tak bisa diam dan tidak mau mendengar, kelas tak pernah sepi, setiap hari selalu ada murid putri yang menangis, bahkan tak jarang ketika ada anak yg sakit muntah atau bab di kelas.
Namun seiring berjalannya waktu mampu beradaptasi, menikmati, lambat laun anak-anak belajar tertib, belajar tenang, mau mendengar dan mulai bersahabat, meskipun sifat anak yang suka bermain di kelas, kadang saling iseng satu sama lain namun itu tidak menjadi masalah yang berarti. Seiring Tahun berganti, murid berganti, tak jarang saya menjadi idola anak-anak' saling bersaing mencari dan minta perhatian.
Merintis PAUD
Pada tahun 2002 saya merintis sebuah TK berkerjasama dengan seorang paman yang berprofesi kepala sekolah MAN1 Serang sekaligus dosen dan ketua Depag Pandeglang , Beliau memfasilitasi saya sebuah bangunan ruko tak terpakai untuk saya pergunakan sebagai ruang kelas. Sambutan masyarakat setempat pun sangat antusias dengan segera mendaftarkan anak mereka pada TK rintisan saya. Di mulailah perjalanann saya sebagai guru Pendidika. Anak Usia Dini di pagi hari dan Guru Madrasah siang hari.
Perjalanan mengajar Madrasah sebagai guru kelas dua dan menjadi guru TK, pada prinsipnya berperan pada tanggungjawab yang sama karna kendalanya juga serupa.
Menjadi seorang guru Anak Usia Dini tidak hanya sekedar memberikan ajar baca tulis hitung namun saya juga harus belajar memahami pesikokogi, karakter, minat, bakat dan potensi anak. Setiap Anak adalah unik, setiap anak memiliki keistimewaannya masing-masing, mereka bukanlah miniatur orang dewasa akan tetapi anak adalah seorang peniru yang ulung, maka menjadi guru anak usia dini acap kali perilaku, ahlaq dan semua aktifitas guru ditiru oleh anak-anak, seperti dalam satu contoh ketika saya berteriak saat tak dapat menahan kesabaran, maka esoknya anak meniru dengan baik teriakan tersebut. Di sini saya belajar untuk menimbang kesabaran, keceriaan serta menahan emosi.
Selain belajar kesabaran untuk mengahadapi anak-anak, rupanya menjadi guru juga harus menambah kesabaran ekstra terhadap orang tua. Sering terjadi permasalahan kecil anak anak berbuntut pada konflik antar orang tua sehingga saya selaku guru turun tangan menengahi, belum lagi problem adminstrasi , sering menunggak Spp berbulan-bulan, karna kendala kemampuan finansial para orang tua murid, dan permasalahan lain, sehingga saya harus mencari solusi tepat yang mana tidak memberatkan kedua belah fihak , orang tua maupun lembaga pendidikan.
Menjadi guru paud dan madrasah di desa kecil sungguh harus lebih memilih sebagai pengabdian dan lillahi taala ketimbng mengajar sebagai profesi dan berharap materi.
Pada tahun 2007 saya memutuskan mengikuti pendidikan kesetaraan dan lulus dengan nilai yang lumayan tidak buruk dan tidak juga tinggi, hingga pada tahun 2008 saya putuskan untuk mendaftarkan diri berkuliah di sebuah Universitas Negri ternama di Serang yaitu UNTIRTA dengan pilihan Fakultas Pendidikan jurusan PGTK dengan jenjang D2,, dan berlanjut pada jenjang setrata1.
TK saya serah kembalikan kepada paman dan isteinya dan didamping seorang guru yang selama ini menemani saya.
Selma mengajar sesungguhnya tidak ada hambatan berarti namun saya sangat membutuhkan ilmu yang memadai sehingga dengan berat hati saya tinggalkan TK dan Madrasah untuk menimba ilmu sebagai bekal.pengabdian kelak.
Di kelas tentu saja saya mendapat banyak ilmu mata kuliah yang menunjang cita menjadi guru yang hebat. Mata kuliah pesikokogi anak, media pembelajaran, kurikulum, kesehatan, dan gizi, mikroteaching, seni tari, seni musik, seni mendongeng, media pembelajaran bahkan tata rias pun matakukiahnya saya dapatkan. Sungguh kuliah dan menjadi guru Paud adalah Belajar banyak hal.
Membentuk Desa Binaan
Pada tahun 2012 saya dan kawan-kawan kampus menjalankan tugas KKM di sebuah desa kabupaten Serang Selama 1 bulan penuh, bersama beberapa teman satu jurusan PG paud kami membuka PAUD yang mana guru direkrut dari warga sekitar, meski dengan banyak keterbatasan Alhamdulillah PAUD tersebut masih aktif hingga sekarang dan bergerak mandiri. Selain Desa Binaan yang dibuka oleh kawan-kawan KKM saya juga membantu perintisan bebrapa Paud di kecamatan saya tinggal, dan terlihat perkembangan berarti dari beberapa paud binaan bahkan tenaga pendidik yang dulu adalah anak SmA sekarang mereka telah menyelsaikan jenjang S1 pada kampus swasta. Alhamdulillah saya turut bersuka.
Pada tahun 2013 sambil menyusun proposal dan sekripsi saya bersama kawan+kawan melakukan kerjasama yaitu membuka sebuah lembaga sekolah Madrasah di salah satu kelurahan kota Serang, kami terdiri dari mahasiswa dari bebrapa kampus di Serang, saya dan istri kepsek dari kampus Untirta, kepala sekolah dari UIN Banten, dan beberapa guru dari UPI Serang.
Tentu saja tugas saya di sini kembali diserahi tanggungjawab menjadi pawang anak kecil, hehe alias menjadi guru pra sekolah. Antusisa orang tua dan anak sungguh bagus, hangat dan semngat, pembelajaran yang saya bawa dan terapkan dengan belajar sambil bermain penuh dengan rasa santai tanpa tekanan membuat kami anak dan guru menjadi sangat akrab, anak anak memanggil saya dengan sebutan Kaka ( kak Ovi ), Di Madrasah ini saya merancang dan membuat sendiri semua materi, metode serta media pembelajaran, berbekal dari keilmuan kampus .
Pada satu agenda rapat dan pembagian laporan perkmbngan anak, tak jarang Orang tua bercerita betapa manisnya perkembangan anak-anak mereka yang sudah mampu menghafal berbagai macam doa, surat pendek, perubahan perilaku yg pendiam menjadi ceria, yang pemalu menjadi berani dan ada banyak perkmbngan yang diluar ekspektasi orang tua. Selain tentang perkmbngan anak, orang tua juga sering mendapati cerita dari anak tentang gurunya dalam hal ini tentu saja adalah tentang saya. Karna anak adalah perekam yang hebat maka apa yang saya perbuat menjadi tiruan dan cerita bagi mereka kepada orang tuanya . Menyadari akan hal ini sesungguhnya saya mengambil hikmah sekaligus merasa cemas betapa seorang guru anak usia dini harus menjaga perilaku, dan berbagai hal agar tidak memberi pengaruh buruk pada anak-anak. Guru paud dianalogikan sebagai seorang koki yang sedang membuat roti, maka anak dianalogikan sebagai adonan yang dibentuk oleh koki.Jika bahan yang digunakan semuanya dari bahan terbaik, dengan panduan cara yang benar maka Koki tersebut akan menciptakan sebuah roti dengan hasil dan kualitas yang baik, mengembang, indah dan rasa yang enak. Anak laksna kertas putih dan guru adalah pemegang kanvas yang siap mewarnai kertas putih tersebut dengan warna indah maupun hitam dan kelabu sesuai keinginan pemegang kanvas, maka peranan guru menjadi sangat krusial didalam mewarnai jiwa anak.
Anak adalah peniru ulung, anak adalah kaset baru yang mampu merekam dan meneladani apa yang ia lihat dan ia dengar, mengisi rekaman memori anak dan menjadi adoptor terbaik sehingga contoh apa yang diberikan guru akan menjadi pengaruh sangat besar terhadap perkembangan anak, baik secara kognitif, afektif dan pesikomotor hingga anak dewasa.
Menjadi guru paud adalah melatih kreatifitas, berfikir kritis, dan logis, keseimbangan antara otak kiri dan otak kanan, hampir setiap hari kami memebuat sendiri media pembelajaran seperti contoh untuk mengembangkan kecerdasan kognitif, maka dibuat banyak metode dan media berhitung, mengenal konsep angka dan bilagan. Untuk mengembngkan kecerdasan bahasa, guru membuat buku cerita bergambar penuh warna, berdongeng dengan menggunakan Boneka, jari-boneka kertas boneka binatang dan lain sebagainya totalitas dengan ekspresi serta intonasi yang disesuaikan.
Komentar
Posting Komentar