Memori Tentang Rabiha Pananrangi. Hati yang Berduka

 Hari Rabu, 29, 03, 2022, paska purna penutupan Kelas belajar menulis PGRI 23.24. Pagi hari segera saya selsaikan seluruh aktivitas dan kewajiban, karna hari ini saya harus berangkat ke Jakarta untuk memenuhi sebuah janji pada seorang sahabat. 

Setelah rampung semua kerjaan domestik segera saya bersihkan diri, untuk bersiap. Rencananya saya mau ambil perjalan kreta api Serang - Rangkas dan berlanjut ke Tanah Abang, namun ternyata setelah saya tiba di St Serang, rupanya jadwal kereta Serang-Rangkas ada di jam 17.22, astagfirullah sore sekali, saat itu waktu sudah menunjukan jam 13.00 rupanya kreta sebelumnya ada di jam 11.00.

 Duuh udah ah siang panas pula, ah tanpa ba-bi-bu saya lanjutkan perjalanan naik angkot dengan tujuan kampus, biasa dari sanalah saya selalu naik bus arah Kalideres yang nanti akan turun di Stasiun Tanah tinggi Tangerang. Tiba di Tanah tinggi saya langsung menuju loket tiket dengan tujuan Manggarai dengan satu kali transit di St Duri dan naik lagi kreta api menuju Manggarai. Nah kereta menuju manggarai sangat mudah didapat karna semua jalur kreta arah pasar Minggu, Depok, Bogor pasti melewati Manggarai .

Tiba di Manggarai segera saya alunkan kaki menuju komplek di mana sahabat saya tinggal bersama Kaka kami ( Kaka ketemu gede dari organisasi ) .

"Tok..tok..tok assalamualikum" ucap saya.

"Teh Ovi yaaaa".... Terdengar sahutan dari dalam. Suara Apri sahabat saya itu

Hehe iyaaa" "kok tahu siih "?. 

Begitu pintu dibuka kami langsung berpelukan, pelukan berselimut duka dan lara, sendu penuh pilu   tak tertahan air mata berderai. Bukan, bukan tangisan kerinduan karna lama tak bersua, namun tangisan pilu karna orang terkasih kami telah tiada untuk selamanya.

***

Pada Hari itu tepatnya Kamis 10 Februari 2022, tanggal ini akhirnya saya tandai didalam kalender Hp. 

Tidak seperti biasanya hari itu  saya lupa dengan gawai yang biasa  selalu ada di tangan, sibuk dengan aktivitas domestik seperti biasa, menjelang pukul 10.30 saya hampiri gawai yang berada di samping televisi,  saya buka, terlihat beberapa pesan yang rupanya isinya senada, satu pesan wa saya buka, dari adik kader HMI dengan bunyi

 " Yunda mohon bersedia memberikan tanggapan tentang kebaikan-kebaikan dan integritas akan yunda Rabihah pananrangi, yang  tadi pagi telah berpulang ke Rahmatullah"   

Deg DUAAR.... Seperti ada halilintar menghantam dada saya,   kak Rabiha wafat ? " tidak mungkin ini mustahil," batinku .

Dengan dada yang berdegup kencang, saya coba lagi buka pesan yang lain, dari seorang kanda senior pesannya berbunyi

" Dinda, pagi ini yunda Rabihah wafat pada jam 6 pagi mohon doanya " JEDAR.. Halilintar kedua menghantam dadaku lebih keras lagi. 

Masih terasa seperti mimpi, saya coba buka FB melihat ada beritanya kah ? 

Berharap berita ini hanya mimpi, Namun ternyata benar berita yang sama beredar di FB mengabarkan kepergian kak Rabiha pananrangi.

Tubuh ini Oleng seketika bergetar, tanpa bisa ditahan,  airmataku berhamburan, namun masih dalam kesadaran segera saya tuntaskan pekerjaan, setelah semua selesai, segera saya pakai gamis, kerudung dan cadar seadanya, segera saya berlari menuju mamah dan ummi nya para ponakan,  "mamah.  Ovi izin hari ini harus ke Jakarta ada urusan penting". Tanpa ba-bi-bu saya pergi mencari angkot menuju kota serang, Derai air mata tak tertahan.  Menerima kenyataan berita wafatnya seorang Kakak bernama Rabihah Pananrangi ( dari Makassar) kakak idiologis dari sebuah organisasi HMI, beliau membersamai saya Selama saya di Jakarta bersama adiknya bernama Apri Hardiyanti ( Palembang ) di Jakarta kami bertiga menempati rumah kak Zakiah ( Makassar ) yang kosong. Selama empat tahun saya hidup bersama mereka di Jakarta. 

Dalam perjalanan menuju Jakarta hati saya terus menceracau dalam duka.

 "Kenapa ? Kenapa kak ? Kenapa pergi secpat ini? kenapa tidak nunggu Ovi datang kak ? Ovi kan sudah janji akan ke Jakarta. 😭😭😭  Pilu rasanya  hati ini.

Perjalanan terasa saaangat lama, naik angkot berpindah ke angkot yang lain menuju Kampus, naik bus menuju Tangerang naik kreta api dan hingga Manggarai. 

Sementara air mata tak dapat diajak kompromi mengalir sepanjang perjalanan. 

Tiba di stasiun Manggarai waktu telah menujukan pukul 15.20. di pintu Stasiun saya melihat seorang sahabat HMI dan mengabarkan bahwa Jenazah kak masih dirumah duka, sedang menunggu ambulan untuk segera dibawa ke Bandara, bersegeralah saya menuju rumah duka, berdoa semoga tidak terlambat.

Tiba di lokasi rumah duka, tetamu masih ramai di dalam dan halaman , segera saya mencari kak Zakiah pemilik rumah di mana saya dulu pernah tinggal bersama kak Rabihah dan Apri.

Begitu kudapati sosoknya Segera saya berhambur dalam peluk kak Zakiah tak tertahan tangisanku pecah  seketika. 

Kakkaaaaaaa.... Dengan histeris pilu menusuk sembilu menyayat hati sesiapa pun yang mendengarnya , 

" Sabar Vi, kak sudah tenang, kata kak Zakiah 

Disamping kak Zakiah ada Apri, segera ku rangkul dia, saya faham betul Aprilah yang paling berat menerima ujian ini, tangisan kami pecah lagi, "Apri... kak... Apri " ratapku  

" ihlas teh ihlas Allah lebih sayang sama kak. Ihlas teh" Apri berkata dengan penuh ketabahan padahal dia yang seharusnya saya kuatkan.

Di dalam ruangan sudah ada kanda Syafin Al Mandari yang tadi pagi kirimi saya kabar wa, hadir juga  beberapa Ummahat Ahwat HTI yang sehari ini mengurusi jenzah kak , karna kak Rabiha tiga tahun terakhir ini mengabdikan hidup untuk dakwah di Lembaga Hizbutahrir Indonesia. 

Tergeletak tubuh kak rapi terbungkus kain kafan, masih bisa saya saksikan wajah cantik kak Rabiha meski seluruh tubuh dalam balutan kain kafan.

Seorang ukhti berseru, "mbak, mbak mau cium  ustadzah Rabiha sebelum kami tutup ?  Tapi air matanya keringkan dulu ya, jangan sampe basah", 

Segera saya Anggukan Kepala menerima tawaran berharga yang langka, mencium kak Rabiha untuk terakhir kalinya. 

Dibalik rasa pilu, saya masih bisa bersyukur Allah masih memberi kesempatan saya bertemu Jenazah kak sebelum dibawa terbang ke Makassar .

Tak menjelang lama , ambulanpun tiba, jenzah kak dibungkus dengan sempurna, sebelumnya diperiksa oleh ahli forensik, oiya dalam rapid pcr kak rabiha negatif Alhamdulillah, Jenzah di angkat masuk peti, dirapihkan dengan hari-hati.

Setalah semua beres,  Saya dan Apri menuju ambulan, mengiringi kak Rabiha, piluuu... Sangat pilu hati ini, didalam ambulan dalam perjalan menuju bandara, saya sebisa mungkin menguatkan Apri,  meskipun kami sama2 menagis, saya tahu kedekatan antara Apri dan kak lebih dari seorang Adik dan Kaka, terkadang mereka berperan seperti anak dan ibu, karib dan kawan,  sahabat dekat, saling bertukar peran dua hamba Allah yang saling mengasihi di mana ada kak disana Apri mendampingi. Begitulah kedekatan mereka.

Sampai di Bandara , Ambulan melaju menuju bagian kargo, di belakang mengikuti mobil yang ditumpangi kak Zakiah  bersama dua tetangga dekat,  dan satu mobil milik kanda Syafin. Mulailah registrasi dan urus administrasi, persuratan lengkap, masuk pada karantina, selesai adminstrasi  kami melanjutkan perjalan menuju Terminal 2 keberangkatan Sulawesi.

Saat itu jam menujukan 19.00 kami menunggu pihak Lionair yang akan mengantar Apri  menuju gate penerbangan. Pukul 21.00 Apri bersiap menuju gate yang sudah ditentukan, sekali lagi kami berpelukan, "sabar ya Apri kuatkan dirimu" , dengan ketegaranpun dia  terbang menuju Makassar bersama Jenazah kak Rabihah pananrangi. 

Kami pun pulang ke Menteng dengan perasaan yang entah apa.

Ada rasa sesak dan sesal kenapa saya tidak pernah menyempatkan diri untuk datang ke Jakarta, tapi sudahlah semua sudah terjadi, ada pertemuan tentu ada perpisahan.

Setelah tiga hari saya berada di Menteng, saya meminta izin kepada ka Zakiah untuk pulang ke Serang dan berjanji in sya Allah akan kembali ke Jakarta jika Apri pulang dari Makassar,  namun janji saya harus ditunda karna tugas Pelatihan kelas belajar menulis PGRI  gelombang 23.24 belum purna, masih sekitar 15 pertemuan adanya.

Paska Closing Ceremony KBM, gelombang 23.24 yang dilaksanakan pada tanggal 28 Maret, barulah saya bisa berangkat memenuhi janji menengok dan memastikan keberadaan seorang sahabat yang ditinggal saudara.  

***

Malam itu tanggal 29.03 2022 pukul 20.00 setelah solat isya kami duduk berdiskusi dan mengingat kembali lembaran-lembaran kisah tentang kak rabihah ( kami biasa memanggilnya "kak" tanpa embel nama), tumpah semua deraian air mata kami dalam kenangan, kami puaskan malam itu untuk berdiskusi, mengenang sosoknya, dalam kebersamaan kami.

Dibalik kesedihan tentu selalu ada hikmah, banyak yang kami syukuri atas kepergian kak,  bahwa kami yakin kak rabiha Khusnul khatimah, kenapa demikian ? 

1. berbondong orang-orang Soleh mengurusi Jenazah kak,

2. Urusan kak begitu Allah mudahkan, mulai dari banyak nya orang  berlomba  memberi sumbangan sampai begitu besarnya untuk menuntaskan urusan dunia akan kak,  in saya Allah kak pergi dengan bersih tanpa meninggalkan hutang dan urusan kepada manusia yg lain. 

3. Wajah kak masih cantik dan berseri meski telah ditutup kafan, tubuhnya ringan dan jasadnya masih melemas tidak kaku, 

4. Urusan bandara sampai Makassar meski dengan banyak aturan, Namun Allah mudahkan. 

5. Maupun pihak HMi dan HTI banyak yang melakukan doa bersama untuk kak, banyak orang-orang Soleh bersaksi bahwa kak adalah orang yang baik, Solehah dan pengemban amanah, 

6. Dunia dakwah berduka atas kehilangan kader dakwah militan.

7. Apri mengambil ibroh dan bersyukur saat kak pergi, kondisi Ruhiyan Apri dalam hijrah atas ikhtiar dibawah asuhan kak Rabihah, Apri yang dulu seorang perempuan karir  yang cerdas dan ulet Kini drastis berubah  berjuang dalam jalan dakwah. 

Ada pertemuan ada perpisahan, kini Kak kami tersayang telah berpulang, selsai sudah tugasnya dan amanah yang ia emban sebagai seorang hamba Allah di Dunia, in sya Allah beliau berpulang dalam keadaan yang baik,  selanjutnya tinggal PR untuk kami yang masih hidup ? Sudah siapkah bekal kita untuk akhirat ? 

Oiya sebelum pulang ke Serang, Apri memberikan beberapa warisan dari kak berupa, 3 buah gamis, 1 jilbab,  1 buah kacamata progresif , jaket terbaru dan seperangkat alat solat. Dia juga menawarkan hp milik kak yang selalu digunakan untuk urusan Dakwah, dan ceramah, namun saya belum siap menerimanya karna akan ada tangungjawab yang berat agar benda tersebut tetap dalam manfaat yang baik. Semoga semua benda yang saya bawa sedikit mengobati rindu yang tak kan pernah lagi tersua. 

Setiap jiwa pasti akan  menemui kematian. 

Teringat satu buah ayat 

Yaa Ayyatuhan Nafsul Muthmainnah, Irji'i ilaa rabbiki raa dhiyatam mardhiyyah, Fadkhuli fii 'ibadi, wadkhuli janaati"


Artinya:

"Wahai jiwa yang tenang, kembalilah kepada Tuhanmu dengan hati yang ridho dan diridhoi-Nya. Maka masuklah kedalam golongan Hamba-hambaKu. dan masuklah kedalam surga-Ku." (Q.S. Al-Fajr :27-30)

Tantangan tulisan ke 6. 


Komentar

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Menulis Membuatku Naik Kelas dan Berprestasi

Selamat Jalan Eril ( Sang Calon Pemimpin Masa Depan itu lebih dulu pulang )

Mengelola Majalah Sekolah