Duka Garut Banjir Bandang



Pada tanggal 15 Juli kemaren, kita digegerkan berita yang ramai ditayangkan oleh media Televisi, media cetak maupun media online, ya kabar berita tentang duka yang melanda Garut, Banjir bandang serta longsor yang melanda 8 kecamatan. Banjir yang meskipun tidak menelan korban jiwa namun terdapat kerusakan dan kerugian secara material yang tidak sedikit. 

Banyak warga yang rumahnya terendam dan rusak, tentu saja ini menyisakan duka mendalam. 

Dilansir dari GARUT Compas.com  Sabtu (16/07/2022), mangabarkan bahwa "banjir dan longsor yang menerjang Kabupaten Garut, Jawa Barat, melanda 13 kecamatan. Mengakibatkan jembatan yang  menghubungkan Kampung Dayeuh Handap dengan Kampung Muara Sanding Kelurahan Muara Sanding terputus.

Bahkan, Bupati Garut Rudy Gunawan  memperkirakan sekitar 2.000 rumah warga terdampak, sekitar 150 rumah warga di Kampung Ciwalen, Kelurahan Kota Wetan, yang terendam lumpur berat sehingga perlu pembersihan lebih lanjut.

 Bapak bupati Garut membuka rapat penanggulangan bencana di kantor BPBD Garut.

Semoga pemerintah setempat bersama masyarakat sekitar bahu membahu, saling meringankan dan mengevakuasi kerusakan, selain itu juga diharapkan ada bantuan perbaikan.

Berbicara tentang banjir bandang, belum lama ini, banjir juga melanda kota di mana penulis tinggal, ya provinsi Banten tepatnya kota Serang, kawasan Masjid Agung Banten terendam banjir. Banjir yang bersumber dari meluapnya sungai CiBanten. Bagi seluruh masyarakat Banten, sungai tersebut merupakan muara dari beberapa aliran sungai kecil dari beberapa kecamatan sekitar. 

Seperti yang penulis ketahui, sungai di kecamatan kami Ciomas mengalir sungai yang menjadi salah satu pemasok air CiBanten. Sungai yang dulu lumayan jernih namun kini telah terkontaminasi limbah galian C sehingga sungai menjadi keruh dan tidak layak guna. Banyak terjadi galian C, yaitu pembabatan hutan dan gunung yang dijadikan tambang, sehingga rata dengan tanah, terjadi menjamur diberbagai daerah disepanjang Banten. 

Hal ini tentu saja menjadi salah satu pemicu sebab terjadinya banjir bandang dan longsor, karena pohon dan tanah resapan air telah ditiadakan dengan terjadi penebangan hutan dan perataan gunung. Ditambah lagi terjadinya pembangunan rumah huni dan gedung-gedung pertokoan diatas lahan persawahan dan hutan. Pelebaran jalan, minimnya ruang  hijau publik dan semakin tiadanya parit-parit dan sungai.

Semua permasalahan di atas mengakibatkan tida lagi lahan resapan air,  air hujan tidak tertampung tanah dan meluap, tidak ada lagi celah untuk air hujan menyerap masuk kedalam tanah karena telah tertutup banyak bangunan, telah minimnya pepohonan, telah mengecilnya sungai, ditambah lagi, kesadaran masyarkat yang minim akan cinta lingkungan, membuat masyarakat melenggang santai membuang sampah sembarangan. 

Lantas jika sudah terjadi banjir bandang seperti ini, harus menyalahkan siapa ? 

Pemerintah yang kurang sigap, lambat mecari solusi? Ataukah kita akan berdalih ini kehendak Tuhan ? Ya tentu saja semua bencana terjadi atas kehendak Tuhan, namun jangan lupa bahwa tangan-tangan manusia berperan andil cukup signifikan mengakibatkan terjadinya banyak bencana alam.

Lantas apa yang harus dilakukan ? 

Mungkin sebagian logika menyatakan, mau solusi apa banjir ya tetap banjir, bencana alam tetap datang. Apakah kita apatis begitu ? 

Telah banyak dikampanyekan bahwa ada 1001 macam cara untuk kita merawat lingkungan. Mulai dari memilah sampah organik bisa dijadikan kompos, dan sampah non organik bisa dijual atau dijadikan kerajinan tangan. Setidaknya jika kita tidak bisa andil banyak, lakukanlah andil semampunya.

Solusi yang lain, telah lama dikampanyekan menanam 1000 pohon, bahkan presiden RI sempat mengkampanyekan dengan turun langsung menanam pohon. Mengurangi penggunaan berbahan kertas serta plastik, menggunakan bahan daur ulang, Dan masih banyak solusi yang bisa kita upayakan. 

Pertanyaannya apakah ini akan menjadi solusi cepat, tentu saja tidak tapi bila dilakukan sekarang, sejak saat ini dan dimulai dari diri sendiri, serta kesadaran ini ditularkan kepada yang lain maka lambat laun kelak akan membuahkan hasil. 

Akhirnya penulis berdoa, semoga bencana-bencana serupa segera bisa ditindak lanjuti oleh pemangku kebijakan daerah, dan pusat serta bekerja sama bahu membahu dengan masyarakat setempat dan masyarakat umum 

Ayok kita cintai lingkungan untuk menghindarkan bencana alam.

Turut berduka untuk Garut.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Menulis Membuatku Naik Kelas dan Berprestasi

Selamat Jalan Eril ( Sang Calon Pemimpin Masa Depan itu lebih dulu pulang )

Mengelola Majalah Sekolah