Perpustakaan Mini dan Budaya Membaca Sejak Dini




Tema Kamis menulis pertangal 21, Juli 2022.

Keren ya fotonya, saya sedang berpose, berdir dengan tangan kanan diangkat menunjuk lambang L literasi. Jepretan ini  diambil di depan gedung Perpistakaan Nasional, Jakarta Pusat. 

Untuk sampai ke Perpusnas saya cukup naik Kereta Komuter Line  dari Stasiun Manggarai di mana saya tinggal saat di Jakarta menuju Stasiun Cikini,   setelah itu tinggal jalan kaki untuk menuju Perpusnas, eh tapi lebih cepat pake bajai atau Taxi Ding hehe. 

Saya memang jarang ke Perpusnas karena ketersediaan buku baca ditempat saya tinggal ( milik Kaka senior ) lumayan banyak.

Perpustakaan. Pertama kali saya mengenal perpustakaan adalah saat saya berusia 10 tahun, perpustakaan yang saya datangi saat itu adalah Perpus SD di mana saya sekolah, atas andil Abah saya akhirnya suka membaca diusia relatif dini.

Berbicara tentang perpustakaan, mengingatkan saya akan sebuah kisah atau pengalaman, Jika dijadikan tulisan khusus mungkin saya akan gunakan judul 

 "Perpustakaan Ku Sayang, Perpustakaan ku Malang" 😭.  Jaman saya kecil belum dikenal istilah TBM ( Taman bacaan Masyarakat).

Berawal dari teladan dari Abah saya suka membaca,  dan suka berkunjung ke perpustakaan sekolah, berlanjut dengan difasilitasi Kaka tertua saya yang berkuliah di IAIN Sunan gunung jati Bandung, setiap kali pulang beliau selalu membawa buku yang banyak dan disimpan rapi dalam sebuah lemari bufet. 

Saya sering sekali membuka lemari buku tersebut dan membaca buku yang sekiranya mudah saya fahami, hingga suatu hari saya menghadap kaka, saat ia mudik dan meminta izin.

"aa, itu lemarinya banyak banget buku, boleh ga Ovi baca ?" Tanya saya pada Kaka sulung, takut-takut saya minta izin hawatir dilarang hehe.

Eh ternyata jawaban si aa diluar dugaan " iya Vie justru aa bawa banyak buku pulang itu supaya Ovi sama adik bungsu baca buku tiap hari, katanya, "Ovi suka baca " tanyanya lagi,  sya langsung mengangguk dengan cepat sambil menjawab, " suka, suka banget Ovi baca buku " dan sejak saat itu isi lemari tak pernah rapih karna saya aduk-aduk pilah pilih buku yang sesuai dan saya sukai.

Alhasil dari kegemaran saya membaca, meskipun dari segi pendidikan tidak mendukung, saya berhasil masuk Universitas negri di Serang dan mendapatkan prestasi alias IPK sesuai harapan dan mendapatkan beasiswa PPA.

Suatu hari buku-buku dilemari kami pindahkan ke depan rumah, di mana telah disediakan banguaan yang kami jadikan perpustakaan mini untuk umum, agar anak-anak sekitar juga punya minat dan kegemaran akan membaca seperti saya dan keluarga.

Namun rupanya usia perpustakaan mini kami tidak berumur panjang, hanya berselang beberapa tahun, suatu hari karena sebuah kecelakaan tanpa sengaja, ruangan perpustakaan kami terbakar, api muncul dari sebuah "mungkin puntung roko" yang apinya belum padam sedangkan di perpustakaan terdapat kasur. Api yang mengenai kasur berkobar dan merambat serta membakar banyak buku. 😭😭😭 Sedih . Itulah sekelumit kisah Perpistakaan kami.

***

Namun di sini point' penting yang perlu kita perhatikan dalam membangun kegemaran anak membaca atau cinta perpustakaan .

Membaca,  kelihatannya merupakan kegiatan yang mudah dilakukan, namun tidak mudah untuk dijadikan kebiasaan. 

Tidak sedikit dari kita merasa bosan atau hanya bertahan sejenak ketika membaca. Apalagi bagi usia anak-anak yang lebih tertarik untuk beraktivitas lainnya. Seperti bermain menonton dan lain-lain.

Maka saya mencatat dan mengambil pelajaran bahwa untuk menumbuhkan kegemaran membaca adalah 

1. Budayakan membaca sejak dini. 

Peran orang tua menjadi sangat penting mendorong, membiasakan dan kemudian membudayakan membaca pada anak sejak dini.

Contohnya membawakan dongeng sebelum tidur untuk anak yang belum bisa membaca, hal ini sering dilakukan oleh Abah saat kami masih kecil. 

2.Memberikan bacaan yang sesuai.

Sesuai disini, antara lain sesuai dengan bahasa yang mudah difahami, bersifat menghibur, bermuatan yang mendidik. dan bacaan tidak mengandung kekerasan.

Salah satu cara utama agar anak gemar membaca adalah dengan sering membacakan cerita ketika mereka belum bisa membaca. Orang tua perlu memperhatikan tentang cerita pavorit anak dengan bahasa yang mudah difahami, misalkan, menirukan berbagai macam suara dan ekspresi.

Tidak sulit bagi orang tua menirukan berbahai macam suara hewan, mencontohkan berbagai ekspresi seperti menangis, tertawa, murung, bernyanyi, akan membuat anak merasa senang, terhibur dan tertarik.  

3. Berikan bacan buku beragam 

Anak-anak tentu saja punya ketertarikan pada beragam buku misal, buku Cerita, buku kisah teladan, kisah para nabi, buku bergambar , buku permainan dan lain sebagainya.

Selain buku juga baiknya sediakan majalah, komik, buku gambar dan lainnya, hal ini salah satu upaya menarik minta dan mengurangi kebosanan.

4. Beri kesempatan Anak untuk memilih sendiri buku yang ia suka.

Pada point' ke 3 dan 4 ini artinya, orang tua mengadakan ketersediaan buku untuk anak, tidak mesti selalu membeli bukan ? Bisa dengan meminjam, membuat sendiri cerita anak, mengajak anak keperpustakan atau membawa anak ke toko buku. dan membiarkan mereka memilih serta membaca apa yang mereka sukai, 

5.. Memberikan contoh.

Orang tua atau orang dewasa harus meberikan contoh dengan membaca dihadapan anak-anak, biarkan anak-anak melihat, mendengar dan terlibat dengan aktivitas membaca kita. 

 Nah inilah 5 tips dan point' penting yang harus diperhatikan untuk membangun kegemaran anak akan baca dan perpustakaan. 

Semoga bermanfaat, salam literasi.

Serang, menanti lembayung di senja hari.  


Komentar

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Menulis Membuatku Naik Kelas dan Berprestasi

Selamat Jalan Eril ( Sang Calon Pemimpin Masa Depan itu lebih dulu pulang )

Mengelola Majalah Sekolah