JAUHILAH PRASANGKA BURUK
Ketika suatu hari cathing kita tidak segera dibalas, atau sapaan kita tidak dijawab, kadang hati kita jadi berprasangka " ah dia sombong " atau suatu hari kita melihat roman muka rekan kita tak seramah biasnya, dan kita berpikir " ah tidak menghargai saya" dan hati kita menjadi tersinggung. Atau suatu kali kita telah melakukan pekerjaan namun kita dinilai tidak sesuai harapan oleh orang yang bersangkutan. Atau kita pernah berpikir bahwa kawan-kawan kita pilih kasih ? dan lain sebagainya pikiran negatif.
Berperasangka buruk pada orang lain, adalah perbuatan yang tercela namun kebanyakan dari kita sering sekali berperasangka pada siapa saja. Karena seringnya interaksi sesama relasi, kawan, teman, sahabat bahkan saudara, membuat hati kita rentan dan bersinggungan dengan prasangka.
Jauhilah olehmu sebagian besar dari prasangka. Sesungguhnya sebagian dari prasangka itu adalah keburukan (dosa)” (Q.S. Al Hujuraat: 12).
Dalam Hadits, Rasulullah SAW juga menegaskan bahwa:
“Jauhilah prasangka, karena sesungguhnya prasangka adalah seburuk-buruknya perkataan”.
Ayat dan hadits di atas memberikan penegasan tentang buruknya prasangka dalam kerangka moral dan agama Prasangka ini tentu saja sangat mudah muncul, entah sekedar dalam pikiran kita, atau sudah dalam bentuk pataan maupun perbuatan.
Berpersangja buruk tentu saja akan memberikan dampak buruk pula, bisa merenggangkan sebuah hubungan silaturahmi, perselisihan ketersinggungan satu sama lain dan permasalahan yang lebih serius lagi.
Lantas bagaimana kita menghindari Perasangka Buruk ?
Solusi:
Pertama, Jadikan norma agama sebagai landasan dan pegangan. Penegasan ayat dan hadist bisa menjadikan pengingat diri untuk tetap berprasangka baik
Kedua: Tanamkan bahwa apa yang kita pikirkan, ( persangkaan negatif ) bisa menjadi akar dari banyak persoalan, baik yang sifatnya individual maupun sosial. Kita perlu mengelola pikiran kita agar senantiasa objektif dan hati-hati alias positive thinking.
Ketiga. Fokus pada apa yang kita rasakan, maka kita perlu berusaha untuk menumbuhkan perasaan positif di dalam diri kita. Perasaan positif ini dapat dimunculkan dengan mengelola pikiran maupun perilaku kita. Pikiran positif akan memberikan dampak emosi yang positif.
Misalnya apa yang kita rasakan setelah kita memberikan sesuatu kepada orang lain. Orang lain tersebut bisa jadi merasa bahagia, karena menerima apa yang dia butuhkan. Dan kita pun boleh jadi merasa lebih bahagia, karena membahagiakan orang lain. Begitpun, energi negatif yang muncul dalam prasangka,
Keempat adalah memperluas peta pikiran dengan bertanya, melakukan klarifikasi dan dalam Islam dikenal konsep bertanya yang keren yaitu tabayun.
Sebelum menilai diri baik, maka didiklah diri untuk menilai orang lain baik. Jangan hanya mengharapkan orang lain sempurna sedangkan diri sendiripun tidak sempurna.
Belajarlah untuk menerima orang lain apa adanya, sebagaimana kita mengharapkan orang lain menerima kita dengan apa adanya. Belajarlah memaklumi dan berdamai dengan orang lain, karena apa yang mata kita lihat tak selalu benar. Belajar berlapang dada dengan kelemahan dan kekurangan orang lain, karena kadang kita lebih mencela orangnya dibanding kesalahannya. Marilah kita belajar menghitung kebaikan orang lain dan bukan menghitung keburukan, karena tiada manusia yang sempurna.
✒️/today_muhasabah
Walluhu A'lam bissoab.
Komentar
Posting Komentar