Sembako Naik lagi ?

Sebagai perempuan selain menjadi menteri keuangan,  ia juga merupakan bendahara dan akuntan handal dalam sebuah negara yaitu rumah tangga kecilnya. Demikian adanya dengan saya, sejak menikah belajar mengatur keuangan, pengeluaran diatur sebaik mungkin agar tidak besar pasak daripada tiang. Bagi kami ratu tanpa mahkota, emak berdaster, urusan sederhana ini sering sekali membuat diri mengurut dada, memijit kepala, memutar otak, bahkan histeris saking  naiknya kebutuhan sembako terus menerus. 

Masih kita ingat sebelum idul Fitri, harga bawang naik sehingga, bisnis saya goreng bawang harus stop sementara waktu. di susul harga minyak goreng melambung tinggi, cabe meroket, harga daging tak kalah naik juga, belum lama ini tahu tempe makanan sejuta ummat terkena imbas kenaikan harga, dan pagi ini saat saya datang ke warung, saya shok mendengar harga Telur ayam rentangkan sayap terbang ke awan. Duh. 

Di daerah DKI Jakarta dan sekitar harga telur ayam berkisar 28.000, daerah Banten sekitar 29.000 dan Jawa berkisar 30.000. Padahal kita juga baru saja mendengar bahwa mie instan juga bersiap merentangkan saya untuk melambung tinggi. Bersiap saja masyarakat kecil kecangkan ikat pinggang.

Sebenarnya ketika terjadi kenaikan harga sembako, siap sih yang di untungkan ? Apa para peternak dan petani ? Sepertinya bukan, tapi justru ketika semua harga turun dan jatuh tentu saja petani dan para peternak yang menanggung rugi besar dan bangkrut.

Kita masih ingat dengan insiden para petani bawang, cabe dan sayuran yang melakukan aksi buang dan bakar hasil panen, karna harga jual terjun bebas, kita juga merasa miris dengan kabar bahwa para peternak ayam mengalami kerugian 13 M perbulan dalam masa jatuhnya harga telur dan ayam, dan masih banyak lagi aksi-aksi serupa Duh Robby.

Setiap terjadi naik dan turun bahkan jatuhnya harga sembako di pasaran, selalu saja yang rugi adalah rakyat kecil. Harga niak rakyat menjerit, harga turun rakyat juga menangis. Lalu kami harus bagaimana? Kudu piye ?.

Solusinya harus bertindak cerdas, tanam sayuran sendiri, tamem cabe sendiri, ternak ayam sendiri, bikin minyak sendiri, ga usah neko pengen makan daging, masak bumbunya kurangin, kembali aja ke jaman dulu makan rebusan singkong, nasi tiwul, dan kembali ke alam hasil kebun sendiri. Apa iya ini solusinya ? Mungkin bagi sebagian kalangan iya, tapi tidak bisa satu solusi untuk seluruh rakyat. 

Pada bulan di mana Kemerdekaan Indonesia akan diselenggarakan, kami rakyat kecil bangsa Indonesia berharap, pemerintah pusat dan daerah bekerja sama mengatur dan mengontrol pasar, hingga harga tidak dimainkan oleh Kepentingan segelintir kelompok demi kejayaan mereka. 

Soal Rizki  dan kesejahteraa seluruh manusia memang Allah yang mengatur, namun menjadi tanggung jawab para penguasa dan pimpinan negara,  yang telah kami pilih, sebagai perpanjangan tangan Tuhan, menjadi jalan kesejahteraan Rakyatnya.

Selamat hari ulangtahun kemerdekaan Indonesia yang ke 77 "Pulih lebih cepat bangkit lebih kuat" Jayalah Indonesia.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Menulis Itu Mudah

Mengelola Majalah Sekolah

Menulis Sebagai Passion