Partisipasi Masyarakat dalam Penanganan Masalah Lingkungan




Berawal dari aktivitas sebagai mahasiswa, dahulu kala, saya bergabung dengan komunitas pegiat lingkungan,  WALHI ( wahana lingkungan hidup ).

Tapatnya tahun 2010, menjadi awal dari aktivutas saya , turut mengkampanyekan tentang penyelamatan lingkungan.   

Saat itu, saya ikut  berpartisipasi dalam penolakan akan Korporasi Tirta Investama. Sebuah perusahaan Dunia yaitu Aqua Danon Prancis. Yang ingin memprivatisasi sumber air di daerah kami. Korporasi dunia ini hendak membangun pabrik Aqua terbesar di Asia , yang bertempat di daerah kami, yaitu Padarincang.

Atas perjuangan serta partisipasi masyarakat seluruh Padarincang, bahu membahu menghalau perusahaan dunia dengan gigih. Dan berhasil.

Perusahaan dari Prancis itupun hengkang dari tanah kami. Alasan penolakan warga atas korporasi dunia adalah, karna masyarakat tidak ingin lingkungan mereka rusak. Tanah air kami kering, sawah ladang terkikis karna diubah jadi bangunan mega proyek. 

Lulus kuliah, akhirnya saya berpikir. Tidakkah ada andil dan partisipasi saya yang lebih berarti dalam dunia lingkungan ?

Mulailah saya mencari para pegiat lingkungan, yang bergerak pada penanganan sampah. 

Sampai tahun 2019 saya bertemu dengan komunitas pegiat budidaya Maggot.  Kumpulan masyarakat yang andil dalam penanganan sampah organik


Maggot. Apa sih maggot ? 

Maggot adalah larva dari lalat tentara hitam. Lalat bersih yang hanya hidup dengan air tanpa makan. Lalat tentara hitam ini lebih populer disebut BSF black soldier fly. 

Bsf alias lalat tentara hitam ini melahirkan larva yang bernama Maggot. Istimewanya, Maggot ini merupakan hewan dekomposter. Larva yang mampu mengurai sampah organik menjadi kompos, dalam jumlah besar dan dalam waktu yang relatif singkat. Maggot ini juga sebagai bahan pelet ikan dan unggas berprotein tinggi.

Akhirnya saya bergabung dan mendalami ilmu budidaya maggot melalui grop wa, karna saat itu dalam kondisi pandemi. Satu tahun saya belajar dan praktek. 

Dari pelatihan budidya maggot, saya melihat, betapa hebat dan seriusnya partisipasi masyarakat pegiat sampah, dalam menangani masalah lingkungan. Dari mereka saya mencoba untuk ikut berpartisipasi., mengolah sampah dengan Maggot. 

Lelah dengan dunia Maggot, karna tidak sanggup jika bergerak sendiri, saya beralih. Mengolah sampah dengan sekala dapur. Yaitu membuat mol atau pupuk cair berbahan SOP ( sampah organik dapur ).

Selain itu sekarang, saya sedang mencoba membuat Eco Enzim, berbahan dari kulit buah dan  sisa sayuran yang belum busuk, alias masih segar. Karna bulan Romadon ini banyak sampah buah dan sayur setiap hari.

Pembuatan eco enzim ini berproses fermentasi selama 3 bulan. 

Dengan bahan-bahan sebagai berikut :

Wadah bisa botol air mineral ukuran 1 atau 2 liter. 

1. Gula putih atau gula metah. Jangan menggunakan molase ( limbah gula yang biasa digunakan pegiat tanaman ) 

2. Kulit buah segara jangan yang busuk

3. Dan air. Campurkan bahan di atas dengan perbandingan

1: 3: 10 

Artinya jika 100gr  Gula pasir , 3000gr sampah organik masih segar ( sisa sayuran dan kulit buah ), dan  1000gr air. 

ECO enzim dokpri

Cara buat 

Masukan semua bahan. Gula, sampah segar buah dan sayur ke dalam botol air mineral berisi air 1000gr, atau 1000ml. Berikan spas yang cukup untuk gas proses fermentasi. 

Tutup rapat botol, dan buka tiap 12 jam untuk membuang gas agar tidak meledak, selama 1 minggu. 

Selanjutnya biarkan alias fermentasi formula eko enzim selama 3 bulan, simpan di suhu ruang.

Setelah 3 bulan eco enzim bisa dipanen. Saring airnya, jadikan pupuk sisa bahan organik yang belum larut untuk tanaman. Air eko enzim bisa ditampung dalam botol mineral yang bersih.

Manfaat eco enzim

a. Kosmetik kecantikan

b. Pengharum ruangan

c. Pembersih lantai, toilet dan perkakas dapur

d. Bahan campuran cuci pakaian agar lebih bersih

e. Pupuk tanaman. 

Setidaknya inilah partisipasi saya sebagai warga Indonesia, yang bisa saya lakukan dalam menangani masalah lingkungan.

Namun ada satu hal yang ingin saya sampaikan. 

Sesungguhnya ada 1001 solusi penanganan sampah di Dunia khususnya Indonesia ini. Dengan banyak inovasi dan penemuan, sesungguhnya masalah sampah ini akan selesai. Dengan syarat : andil seluruh pihak. Ada partisipasi mayarakat, bergerak masif. Ada partisipasi, keterlibatan aparat mulai dari pimpinan desa sampai pusat saling bekerja sama. Maka masalah sampah akan selesai.

Komentar

  1. Terima kasih ilmunya Bu Ovi, Saya pernah coba membuat ECO enzim, bingung penggunaannya. Terlalu pekat untuk tanaman, apakah harus ditambahkan air dulu sebelum dipakai?

    BalasHapus
  2. Terima kasih atas sharing ilmunya,..

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Menulis Membuatku Naik Kelas dan Berprestasi

Selamat Jalan Eril ( Sang Calon Pemimpin Masa Depan itu lebih dulu pulang )

Mengelola Majalah Sekolah