Wisuda Arina

 




Ayu, ibu muda yang hidup bersama dua putrinya. Menjalani hari-hari dengan penuh perjuangan, menghidupi kedua putrinya dengan berdagang. Alhamdulillah mereka mampu menjalani hidup dengan baik.

Kedua putrinya tidak banyak mengeluh, meski tak pernah punya mainan seperti kebanyakan anak-anak, yang penting bisa berbaur dengan teman sebayanya.

Sejak pagi buta, Ayu sudah membuka warung sayurnya. Sebuah warung kecil, untuk menyambung hidup mereka bertiga. Sejak wafat sang suami, beban hidup terasa begitu berat ia tanggung, biaya sekolah Cantika memang tidak banyak karena sudah gratis, dia sudah kelas lima Sekolah Dasar. Namun tidak demikian dengan kebutuhan TK Arina. Setiap bulan, ada saja program kreativitas seperti menguntung, finger painting, prakarya dan lain-lain yang membuat Ayu merogoh kantong lebih dalam untuk kebutuhan Tk Arina. 

Belum lagi bulan-bulan ini, menjelang kenaikan kelas Cantika juga acara wisuda Arina, semakin Ayu, kencangkan ikat pinggangnya.

"Bunda. Setelah kenaikan kelas, sekolah Ayu mengadakan rekreasi biayanya tiga ratus ribu." ucap Cantika sepulang ia sekolah.

"Bunda ..., bunda. Arina juga ada wisuda, nanti kata Ibu Guru, Arina dandan yang cantik, naik panggung dan di foto, dapat hadiah juga loh, Bunda. cerocos Arina dengan mata berbinar. Jika Cantika memberitahu dan meminta izin pada ibunya, dengan sedikit berharap, maka Arina yang kecil itu bercerita penuh ceria, acara wisuda yang ia akan jalani dengan penuh kegembiraan. 

Ah pedih hati Ayu jika harus mematahkan kegembiraan kedua putrinya. Namun apa daya, biaya Cantika dan Atina cukup untuk menyambung hidup satu bulan ke depan. Penghasilan berdagang memang mampu menutupi kebutuhan sehari-hari dan biaya kontrakan, meski itu pun hasil dari hidup berhemat mereka bertiga. 

Hati Ayu sangat terenyuh dengan keadaan ini, apakah ia akan tega memupus semua harapan dan kebahagiaan anak-anaknya ? namun di sisi lain, dengan cara apa ia harus menambah penghasilan yang cukup besar itu ?

"Iya Sayang,  Arin dan Cantika sekarang makan dulu ya,"  Ayu tidak kuasa menjelaskan keadaan yang sesungguhnya kepada mereka.

Setalah makan siang dan belajar, Arina dan Cantika tidur siang, dan akan bersiap ke Taman Al Quran setelah asar nanti. Sementara itu Ayu berpikir keras mencari pemasukan tambahan untuk menutupi kebutuhan Arina dan Cantika. Pikiran Ayu terus berputar, mencari ide untuk menambahi penghasilan, dengan membuat kue, terima pesanan atau mengirimkan ke beberapa tempat.

"Apa yang harus aku lakukan untuk bisa mendapatkan uang?” tanya batin Ayu gusar. 

Teringat pula pada hasil rapat dewan guru dan komite sekolah, memberikan sebuah keputusan yang menjadi sebuah kewajiban akan acara wisuda dan kenaikan kelas Arin dan Cantika. Mereka memang sekolah dalam satu lembaga yang sama.

“Bu Guru, jika Cantika tidak ikut jalan-jalan apa boleh?” tanya Ayu saat mengikuti ralat. Disambut dengan beberapa komentar miring dan simpati dari sesama wali murid. Namun bersyukur, gurunya Cantika lumayan bijak, memberikan toleransi yang cukup menjadi solusi.

“Ah, iya.” Pekik Ayu, segera ia bangkit membuka dan mengambil kotak penyimpanan perhiasannya. Sebuah gelang emas peninggalan sang suami ia timang. Bang, maaf kalung ini Ayu gadaikan dulu,  ya Abang. Nanti kalo Ayu, punya rezeki, Ayu tebus lagi,” gumam Ayu.

Demi kebahagiaan kedua putrinya, apapun sanggup Ayu korbankan. Segera Ayu menemui salah satu tetangganya yang lumayan terpandang, untuk meminta membayari gelang tersebut. Dalam hati Ayu bahagia, terbayang Arina yang mengikuti wisuda dan membanggakan. Uang itu Ayu gunakan untuk melunasi semua iuran wisuda, sewa kebaya, tiga dan wajib wisuda serta pernak perniknya. Sementara Cantika lebih memilih mundur tidak ikut jalan-jalan karna paham kondisi ibunya. 

Tiba hari Wisuda dan kenaikan kelas, Cantika tampil dengan membawakan ceramah dan Arina tampil dengan baju ala wisuda.  Cantik dan anggun. Berjalan beriringan di atas panggung. Memberikan kesan kebanggaan dan keharuan pada Ayu, bahwa putrinya tak lagi bayi kecil. Esok ia akan memasuki jenjang SD.

Demi buah hati. Semahal apapun kebahagiaan mereka, Ayu sanggup berkorban, siang malam ia akan terus berjuang, semoga kelak putri-putrinya menjadi anak yang Solehah berbakti pada Negara dan agama


Komentar

  1. Aamiin... Semangat Bunda Ayu, bismilah insyaAllah putri-putri Bunda akan kd anak-anak yanh membanggakan... Selamat adek Arina... Juga yg sabar ya untuk kakak cantika

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Menulis Membuatku Naik Kelas dan Berprestasi

Selamat Jalan Eril ( Sang Calon Pemimpin Masa Depan itu lebih dulu pulang )

Mengelola Majalah Sekolah