Masuk Sekolah Terlalu Dini, ini Dampak Negatifnya  Bagi Perkembangan Si Kecil



Anak adalah aset berharga dalam perjalanan kemajuan bangsa dan negara. Maka para orang tua, masyarakat, pendidik dan lembaga dan stakeholder, harus memberikan perhatian khusus kepada anak-anak Indonesia.

Sungguh penting kedudukan anak sebagai generasi penerus, sehingga pantas adanya peringatan hari anak nasional ini.

Terkait dengan anak sebagai aset bangsa, maka diperlukan pemahaman yang baik, bagi pihak-pihak terkait terutama orang tua, agar menjadi bagian terpenting dalam mendampingi perkembangan anak.

Sebagai wujud salah satu upaya adalah, banyak lembaga sekolah, menyiapkan dan menjadi tempat terbaik dalam membantu perkembangan anak.

 Didukung pula oleh orang tua, dengan dalih mengoptimalkan perkembangan anak. Tidak segan dan bahkan berlomba, para orang tua memasukkan anak-anak mereka ke sekolah, ke tempat les sejak usia mereka masih dini.

Tentu saja masuk sekolah adalah aktivitas positif, karena anak mulai berproses dengan perkembangan pada tahap lebih lanjut.

Namun ternyata memasukkan anak ke sekolah dan lembaga belajar sejak usia dini bukan tindakan yang tepat, sebagai upaya mengoptimalkan tumbuh kembang anak. 

Kenapa bisa demikian?

Menurut Ibu Elly Risman Musa seorang psikolog Indonesia spesialis pengasuhan anak, mengatakan:

Usia ideal anak masuk sekolah yaitu pada saat pusat-pusat saraf di otak anak mulai tersambung. Pada saat perkembangan otak anak telah siap menerima aktivitas dari luar rumah, yaitu di usia 7 tahun.


 Kenapa para orang tua banyak menyekolahkan anaknya terlalu dini, dengan alasan melatih perkembangan anak? 

Ada beberapa alasan yang melatarbelakangi di antaranya adalah: 

a. Banyak orang tua beralasan bahwa, menyekolahkan anak sejak dini, seperti masuk play grup, PAUD, TK dan sejenisnya adalah untuk mengoptimalkan perkembangan anak..

b. Karena pada masa anak usia pra sekolah adalah masa goden age. Masa keemasan. Sehingga pada masa ini anak perlu distimulus dengan baik melalui lembaga prasekolah.

c. Selain itu alasan agar anak punya banyak aktivitas sesuai kebutuhan.

d. Ada juga karena alasan bahwa kedua orang tua terlalu sibuk. Dan alasan yang lain adalah agar anak tidak fokus pada gadget.

Dari semua alasan di atas sebengnya ada 3 point utama yang menjadi alasan yaitu:

1. Kurang ilmu 

2. Tidak punya prinsip

3. Gampang mengikuti trand.

 Di sini orang tua perlu mengetahui dan membuka wawasannya. 

 Ibu Elly Risman Musa lagi mengatakan “Sesungguhnya anak usia 0-8 tahun adalah usia masa bermain. Maka jangan renggut masa itu dengan hal apapun termasuk sekolah di usia dini.”

Orang tua harus memahami ini.

Timbul pertanyaan pada pikiran kita bahwa, bukankan anak yang masuk sekolah PAUD dan sejenisnya juga mendapatkan permainan yang sesuai, bahkan dengan banyak APE alat permainan edukatif?

 “Nah ini yang harus diluruskan.” Lagi-lagi ibu Elly Rusman menjelaskan 

Sebetulnya yang diperlukan oleh anak pada usia awal-awal itu adalah pendampingan, kelengketan, kedekatan anak terhadap ibu dan bapaknya. Bukan bersekolah.

Karena sesungguhnya alat bermain anak yang paling tepat dalam perkembangannya adalah anggota tubuh orang tuanya.

Bagaimana anak bisa berkembang dengan optimal di luar dengan bersekolah? sementara anak yang dalam usianya, rumahnya saja, gerakan motorik kasarnya belum sempurna.

 Malah sudah harus melakukannya di tempat lain?

Perkembangan otaknya belum siap, tapi sudah harus banyak menerima dan mengikuti aturan-aturan di luar sana, yaitu di sekolah.

Ini yang paling banyak sekali orang tua tidak tahu. Ditegaskan kembali bahwa permainan yang paling bagus buat anak adalah tubuh ibu bapaknya. 

Dengan bermain bersama orang tua inilah, cara melatih perkembangan anak dengan tepat, pada usia golden oge anak. Yaitu di usia 0-7 tahun.


Orang tua bermain dengan anak, atau bercerita dengan anak, beraktivitas mengekspresikan gerakan, sesuai cerita yang dibawakan. 

Maka anak akan merasa senang dan terstimulus dengan baik emosinya, motoriknya, bahasanya, kognitifnya, seninya, dan sebagainya.

Pada usia 0-8 th adalah masa di mana anak bermain dan belajar bersama orang tuanya. Menggunakan seluruh fisiknya, permainan yang spontan dan mengeksplorasi aktivitas anak di rumah bersama kedua orang tua dan orang-orang terdekat.

 Bukan bermain dengan menggunakan permainan yang terstruktur, terkonsep, tersusun dan siap jadi. Seperti permainan yang ada di sekolah.

Ada dampak negatif dengan disekolahkannya anak sejak dini yaitu:

1. Hilangnya masa kanak-kanak

Anak-anak suka bermain tanpa beban tanpa peraturan yang mengikat. 

Bermain spontan dan melibatkan kreativitas mereka. Maka dengan sekolah masa bermain mereka akan terbatasi. Aktivitas anak akan terikat dengan aturan dan arahan orang dewasa yang membuat permainan untuk anak.

2. Saat anak sudah sekolah di usia dini, maka akan datang titik jenuh pada anak, yang tidak bisa diprediksi, tidak bisa dipahami dan tidak ada obatnya. Kelak akan menjelma bak kanker di dalam tubuh.

3. Kurangnya kebersamaan anak dan orang tua 

4. Masa-masa berharga dan kebersamaan anak yang sebentar ini akan berlalu dan tidak bisa diulang.


Sesungguhnya perkembangan anak yang pertama dilatih adakah motorik anak.

Motorik anak yang harus dilatih adalah motorik kasar, jika motorik kasar telah siap barulah motorik halus.

Semenara itu perkembangan motorik berkait dengan perasaan. Maka perkenalkan dulu perkembangan perasaan (emosi). Dan perkembangan perasaan bisa dikenalkan dan distimulus melalui kedekatan serta interaksi anak dan orang tua. Maka alahkah baik jika anak tetap dalam pendampingan orang tua dari 0 sampai 7 tahun. 

Demikian semoga bermanfaat. 


 h penting kedudukan anak sebagai generasi penerus, sehingga pantas  adanya peringatan hari anak nasional ini.

Terkait dengan anak sebagai aset bangsa, maka diperlukan pemahaman yang baik, bagi pihak-pihak terkait terutama orang tua, agar  menjadi bagian terpenting dalam mendampingi perkembangan anak.

Sebagai wujud salah satu upaya adalah, banyak lembaga sekolah, menyiapkan dan menjadi tempat terbaik dalam membantu perkembangan anak.

 Didukung pula oleh  orang tua, dengan dalih  mengoptimalkan perkembangan anak. Tidak segan dan bahkan berlomba,  para orang tua memasukkan   anak-anak mereka  ke sekolah, ke tempat les  sejak usia mereka masih dini.

Tentu saja masuk sekolah adalah aktivitas positif, karena anak mulai berproses dengan perkembangan pada tahap lebih lanjut.

Namun ternyata memasukkan anak ke sekolah dan lembaga belajar sejak usia dini bukan tindakan yang tepat, sebagai upaya mengoptimalkan tumbuh kembang anak. 

Kenapa bisa demikian?

Menurut Ibu Elly Risman Musa seorang psikolog Indonesia spesialis pengasuhan anak, mengatakan:

Usia ideal anak  masuk sekolah yaitu pada saat pusat-pusat  saraf di otak anak mulai tersambung.  Pada saat perkembangan otak anak telah siap menerima aktivitas dari luar rumah, yaitu di usia  7 tahun.


 Kenapa para orang tua banyak menyekolahkan anaknya terlalu dini, dengan alasan melatih perkembangan anak? 

Ada beberapa alasan yang melatarbelakangi di antaranya adalah: 

a. Banyak orang tua beralasan bahwa, menyekolahkan anak sejak dini, seperti masuk play grup, PAUD, TK dan sejenisnya adalah untuk mengoptimalkan perkembangan anak..

b. Karena pada masa anak usia pra sekolah adalah masa goden age.  Masa keemasan. Sehingga pada masa ini anak perlu distimulus dengan baik melalui lembaga prasekolah.

c. Selain itu alasan agar anak punya banyak aktivitas sesuai kebutuhan.

d. Ada juga karena alasan bahwa kedua orang tua terlalu sibuk. Dan alasan yang lain adalah agar anak tidak fokus pada gadget.

Dari semua alasan di atas sebengnya  ada 3 point utama yang menjadi alasan yaitu:

1. Kurang  ilmu 

2. Tidak punya prinsip

3. Gampang mengikuti trand.

 Di sini orang tua perlu mengetahui dan membuka wawasannya. 

 Ibu Elly Risman Musa lagi mengatakan “Sesungguhnya anak usia 0-8 tahun adalah usia masa bermain. Maka jangan renggut masa itu dengan hal apapun termasuk sekolah di usia dini.”

Orang tua harus memahami ini.

Timbul pertanyaan pada pikiran kita bahwa, bukankan anak yang masuk sekolah PAUD dan sejenisnya juga mendapatkan permainan yang sesuai, bahkan dengan banyak APE alat permainan edukatif?

 “Nah ini yang harus diluruskan.” Lagi-lagi ibu Elly Rusman menjelaskan 

Sebetulnya yang diperlukan oleh anak pada usia awal-awal itu adalah  pendampingan, kelengketan, kedekatan  anak terhadap ibu dan bapaknya. Bukan bersekolah.

Karena sesungguhnya alat bermain anak yang paling tepat dalam perkembangannya  adalah anggota tubuh orang tuanya.

Bagaimana anak bisa berkembang dengan optimal di luar dengan bersekolah? sementara anak yang  dalam usianya, rumahnya saja, gerakan motorik kasarnya belum sempurna.

 Malah  sudah harus melakukannya di tempat lain?

Perkembangan otaknya belum siap, tapi sudah harus banyak menerima dan mengikuti aturan-aturan di luar sana, yaitu di sekolah.

Ini yang  paling banyak sekali orang tua tidak tahu. Ditegaskan  kembali bahwa permainan yang paling bagus buat anak adalah tubuh ibu bapaknya. 

Dengan bermain bersama orang tua inilah, cara melatih perkembangan anak dengan tepat, pada usia golden oge anak. Yaitu di usia 0-7 tahun.


Orang tua bermain dengan anak, atau bercerita dengan anak, beraktivitas mengekspresikan gerakan, sesuai cerita yang dibawakan. 

Maka anak akan merasa senang dan terstimulus dengan baik emosinya, motoriknya, bahasanya, kognitifnya, seninya, dan  sebagainya.

Pada usia 0-8  th adalah masa di mana anak bermain dan belajar bersama orang tuanya. Menggunakan seluruh fisiknya, permainan yang spontan dan mengeksplorasi aktivitas anak di rumah bersama kedua orang tua dan orang-orang terdekat.

 Bukan  bermain dengan menggunakan permainan yang terstruktur, terkonsep, tersusun dan siap jadi. Seperti permainan yang ada di sekolah.

Ada dampak negatif dengan disekolahkannya anak sejak dini yaitu:

1. Hilangnya masa kanak-kanak

Anak-anak suka bermain tanpa beban tanpa peraturan yang mengikat. 

Bermain spontan dan melibatkan kreativitas mereka. Maka dengan sekolah masa bermain mereka  akan terbatasi.  Aktivitas anak akan terikat dengan aturan dan arahan orang dewasa yang membuat permainan untuk anak.

2. Saat anak sudah sekolah di usia dini, maka  akan datang titik jenuh pada anak, yang tidak bisa diprediksi, tidak bisa dipahami dan tidak ada obatnya. Kelak akan menjelma bak kanker di dalam tubuh.

3. Kurangnya kebersamaan anak dan orang tua 

4. Masa-masa berharga dan kebersamaan anak yang sebentar ini akan berlalu dan tidak bisa diulang.


Sesungguhnya perkembangan anak yang pertama dilatih adakah  motorik anak.

Motorik anak yang harus dilatih adalah motorik kasar, jika motorik kasar telah siap barulah motorik halus.

Semenara itu perkembangan motorik berkait dengan perasaan. Maka perkenalkan dulu perkembangan perasaan (emosi). Dan perkembangan perasaan bisa dikenalkan dan distimulus melalui  kedekatan serta interaksi anak dan orang tua. Maka alahkah baik jika anak tetap dalam pendampingan orang tua dari 0 sampai 7 tahun. 

Demikian semoga bermanfaat. 


Komentar

Postingan populer dari blog ini

Menulis Membuatku Naik Kelas dan Berprestasi

Selamat Jalan Eril ( Sang Calon Pemimpin Masa Depan itu lebih dulu pulang )

Mengelola Majalah Sekolah